Berita

/

Siaran Pers

/

Siaran Pers Kepala Badan Gizi Nasional

/

MBG Tekankan Pentingnya Asupan Gizi Lengkap, Susu Hanya Salah Satu Contoh

MBG Tekankan Pentingnya Asupan Gizi Lengkap, Susu Hanya Salah Satu Contoh

Siaran Pers 28 Mei 2025

picture-MBG Tekankan Pentingnya Asupan Gizi Lengkap, Susu Hanya Salah Satu Contoh

Jakarta, 28 Mei 2025 — Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan pentingnya asupan gizi yang lengkap dan seimbang sebagai faktor penentu pertumbuhan anak.

Dadan mengklarifikasi bahwa konsumsi susu sebanyak dua liter per hari yang sempat ia sebutkan saat acara peluncuran pembangunan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bangkalan awal pekan ini, hanya merupakan contoh dari pola konsumsi yang bergizi, bukan sebagai syarat wajib.

“Yang kami sampaikan adalah pentingnya asupan gizi lengkap, bukan mewajibkan anak-anak minum dua liter susu,” ujarnya. “Susu hanyalah salah satu contoh sumber kalsium dan protein. Bisa diganti dengan tempe, tahu, ikan, atau telur yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak.”

Pernyataan ini diperkuat oleh Ahli susu Prof. Dr. Epi Taufik, S.Pt., M.V.P.H., M.Si yang kini bergabung dalam tim pakar BGN. Menurut dia, kebutuhan kalsium anak memang dapat dipenuhi dari berbagai sumber makanan.

“Susu memang padat kalsium dan mudah dikonsumsi, tetapi bukan satu-satunya pilihan. Anak-anak bisa mendapatkannya dari ikan berkaleng yang dimakan dengan tulangnya, tahu, tempe, hingga sayur berdaun hijau,” jelas dia.

Ia menambahkan bahwa prinsip dasar pertumbuhan optimal adalah pemenuhan zat gizi makro dan mikro sejak usia dini, bukan sekadar mengandalkan satu jenis makanan.

“Kunci utama adalah variasi dan kecukupan gizi, terutama pada dua fase kritis yaitu 1.000 hari pertama kehidupan dan masa remaja,” katanya

Intervensi MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) disusun dengan prinsip tersebut: menyajikan menu standar bergizi berisi nasi, lauk hewani seperti ayam atau ikan, telur, sayur, buah, dan sumber kalsium seperti susu atau alternatifnya jika tidak tersedia. Dengan pendekatan berbasis kebutuhan lokal dan kemampuan daerah, MBG bertujuan mengatasi ketimpangan akses pangan bergizi, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah.

“Sekitar 60 persen anak Indonesia tidak punya akses makanan bergizi secara rutin dan sering mengandalkan makanan murah seperti nasi dan kerupuk. Ini yang coba kita intervensi melalui MBG,” jelas Dadan.

Ia menambahkan, tanpa intervensi gizi yang memadai, tinggi badan anak-anak Indonesia berisiko stagnan di kisaran 160–165 cm. “Dengan makanan bergizi lengkap, bukan tidak mungkin anak-anak kita bisa tumbuh hingga 180 cm. Tapi tentu bukan susu yang jadi satu-satunya kuncinya,” tegasnya.

Program MBG dipandang sebagai strategi jangka panjang untuk memperkuat kualitas SDM menuju Indonesia Emas 2045, dengan pendekatan berbasis bukti dan disesuaikan dengan konteks sosial ekonomi masyarakat.


Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional

Hubungi Kami