Berita
/
Siaran Pers
/
Siaran Pers Deputi Sistakol
/
Mayoritas Anak Indonesia Rentan Gizi karena Hidup di Garis Kemiskinan
Mayoritas Anak Indonesia Rentan Gizi karena Hidup di Garis Kemiskinan
Siaran Pers • 22 Juni 2025

Sumber:
Internal BGNJakarta — Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan mengatakan, kondisi gizi anak-anak Indonesia masih menjadi tantangan besar, terutama karena faktor ekonomi keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.
Hal tersebut berdampak langsung terhadap rendahnya asupan gizi yang diperoleh anak-anak di rumah tangga miskin.
"Kalau berdasar data statistik itu hampir lebih 60 persen bahwa anak-anak kita itu hidup di garis kemiskinan karena orang tuanya miskin. Jadi itu tentu membuat asupan gizinya tidak bisa seperti yang diharapkan atau kurang dari yang diharapkan," katanya dalam BGN Talks disiarkan melalui kanal Youtube Badan Gizi Nasional, Minggu (22/6).
Bank Dunia (World Bank) juga mencatat bahwa pendapatan orang tua dibawah Rp 2 juta per bulan merupakan indikator kuat yang menunjukkan keterbatasan akses keluarga terhadap makanan bergizi.
"Kalau dari World Bank malah dibilang itu penghasilan orang tua yang kurang dari Rp 2 juta. per bulan. Bayangkan, kalau kurang dari Rp 2 juta per bulan penghasilan terus punya 3 anak itu pasti sangat berat," sambung Tigor.
Jawa Barat Dominasi Jumlah Anak Rentan Gizi secara Absolut
Kata Tigor, meskipun persentase kasus stunting tidak tertinggi, namun dari sisi jumlah, Jawa Barat justru menempati urutan tertinggi dengan 14 juta anak kurang gizi, disusul oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Data ini menunjukkan bahwa jumlah absolut anak yang mengalami kekurangan gizi di provinsi berpenduduk besar jauh lebih tinggi, meski prevalensinya relatif lebih rendah dibanding daerah dengan populasi kecil.
"Kalau bicara persentase stunting, memang Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) masih tertinggi, yakni sekitar 26 persen dari total 1,5 juta anak. Tapi kalau kita lihat dari jumlah absolut, Jawa Barat lebih besar walaupun persentasenya hanya sekitar 10 persen dari 14 juta anak," jelasnya.
Dengan melihat data tersebut, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diarahkan untuk menjangkau kelompok paling membutuhkan secara berbasis data dan kebutuhan lokal. BGN memastikan bahwa penentuan lokasi dan kelompok sasaran program MBG memperhitungkan jumlah anak, tingkat kemiskinan, serta prevalensi stunting di setiap daerah.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional