Beranda

/

News

/

Siaran-Pers

/

Siaran-Pers-Kepala-Badan-Gizi-Nasional

/

Kepala BGN Respon Pro Kontra Program MBG: Ini Investasi Jangka Panjang Perbaiki Kualitas SDM

Kepala BGN Respon Pro Kontra Program MBG: Ini Investasi Jangka Panjang Perbaiki Kualitas SDM

Siaran Pers 9 Mei 2025

picture-Kepala BGN Respon Pro Kontra Program MBG: Ini Investasi Jangka Panjang Perbaiki Kualitas SDM

Jakarta- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kerap menuai pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Namun dari persoalan tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana justru memastikan bahwa program ini memberikan manfaat positif terhadap sumber daya manusia (SDM) dalam jangka yang panjang.   

"Pro dan kontra timbul karena pemahaman yang berbeda, pijakan berpikir yang tidak sama, dan argumentasi yang beragam. Sebagian belum memahami bahwa MBG adalah investasi jangka panjang untuk perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia," katanya dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (09/05).

Padahal, Presiden Prabowo Subianto selalu menyebutkan bahwa MBG adalah langkah strategik dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia dalam mencetak generasi emas. Secara demografi kata Dadan, hal tersebut dapat dijelaskan dengan data.

Dadan memaparkan bahwa penduduk Indonesia sampai saat ini masih tumbuh sekitar 6 orang per menit atau 3 juta per tahun, dan populasinya akan mencapai 234 juta pada tahun 2045.

"Jika menyimak data anggota rumah tangga berbasis penghasilan, kita dapat melihat bahwa sumber pertumbuhan itu berasal dari keluarga miskin dan rentan miskin, yaitu masing-masing memiliki anggota rumah tangga 4,78 dan 4,34. Kalau keduanya dirata-ratakan akan memiliki angka 4,56. Angka 4,56 artinya kalau ada 100 keluarga miskin dan rentan miskin maka 56 keluarga anaknya 3, dan 44 keluarga anaknya 2," jelasnya.

Lalu, pertumbuhan penduduk Indonesia berasal dari kalangan ini rata-rata pendidikan orang tuanya hanya 9 tahun sehingga menghasilkan kemiskinan terstruktur.

"Sekitar 60 persen anak-anak dari kalangan ini tidak punya akses yang baik terhadap makanan dengan gizi seimbang. Anak-anak mereka juga tidak pernah minum susu karena tidak mampu beli susu," ungkap Dadan.

Kata Dadan, anak-anak generasi Alpha dituntut menjadi tenaga produktif pada 2045 mendatang. Namun, tanpa adanya konsumsi makanan bergizi maka kekhawatiran yang muncul akan terjadi.

"Mereka yang sekarang ada dalam kandungan, mereka yang di TK, SD sampai SMA termasuk para santri dan sekolah keagamaan lainnya, 20 tahun kemudian di 2045 akan menjadi tenaga kerja produktif. Jika kita tidak intervensi dari sekarang, dikhawatirkan akan menjadi tenaga kerja produktif dengan kualitas rendah karena pertumbuhan otak dan fisik tidak optimal," ujarnya.

Memang, program MBG menyasar kelompok penting yakni ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita untuk mencegah stunting. Karena pada periode ini, menurut Dadan, perkembangan otak sangat penting. Kemudian juga menyasar seluruh anak sekolah mulai dari PAUD sampai SMA dan juga santri serta sekolah keagamaan lainnya yang populasinya mencapai 82,9 juta atau 1/3 penduduk Indonesia.

Dengan target 82,9 juta penerima manfaat maka dana yang dibutuhkan untuk pemberian makan bergizi tentunya besar. "Intervensi perlu dilakukan agar dihasilkan generasi yang pintar-pintar karena seribu hari pertamanya optimal dan pertumbuhan fisiknya baik. Dengan populasi yang besar, otomatis akan membutuhkan dana yang besar," ucap Dadan.

Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional

Hubungi Kami