Berita
/
Siaran Pers
/
Siaran Pers Deputi Prokerma
/
BGN: Pertama Kali dalam Sejarah 80 Tahun Indonesia Merdeka, MBG Jangkau Seluruh Kelompok Rentan
BGN: Pertama Kali dalam Sejarah 80 Tahun Indonesia Merdeka, MBG Jangkau Seluruh Kelompok Rentan
Siaran Pers • 30 Juni 2025

Sumber:
Internal BGNPandeglang — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat tonggak penting dalam sejarah pelayanan publik Indonesia.
Untuk pertama kalinya dalam hampir 80 tahun kemerdekaan, pemerintah menghadirkan program makan bergizi yang menjangkau seluruh kelompok rentan dan penerima manfaat secara masif.
Hal ini disampaikan Direktur Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat BGN, Tengku Syahdana saat menghadiri acara Gema Muharram Bersholawat: Makan Bergizi Gratis untuk Generasi Indonesia Sehat di Era Digital, di halaman Pondok Pesantren Malnu Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (30/6) malam.
"Baru pertama kali dalam sejarah Indonesia merdeka selama hampir 80 tahun, ada program makan bergizi gratis yang menjangkau seluruh kelompok penerima manfaat anak TK, SD, SMP, SMA, SLB, pondok pesantren, sekolah keagamaan, ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita," ucapnya.
Tengku menyampaikan, dalam satu dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), rata-rata lebih dari 3.500 porsi makanan disiapkan setiap hari.
"Baru pertama kali dalam sejarah, di satu dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi itu paling tidak ada 3.500 porsi rata-rata disediakan. Jadi, kalau misalnya 3.000 atau 3.500 yang hadir di sini semuanya disiapkan makanan bergizi, bayangkan ibu-ibu semua, para ikhwan disiapkan setiap hari," lanjut dia.
Meski pelaksanaan program berjalan masif, ia mengakui bahwa proses ini masih dalam tahap awal dan perlu adaptasi. Beberapa kekeliruan teknis masih terjadi, khususnya soal distribusi dan waktu konsumsi makanan. Hal ini menjawab pertanyaan terkait kasus keracunan yang diduga dari menu MBG.
"Maka kita di sini karena semuanya baru dimulai, berproses semua itu. Ada hal-hal di luar kejadian yang tidak kita inginkan, dengan adanya standar operasional prosedur (SOP). Namun, masih saja ada sedikit kekeliruan," ungkap Tengku.
"Contoh misalnya, setelah dua jam diolah itu makanan, maksimal harus dikonsumsi. Kemarin, ada beberapa kejadian, sekolahnya agak lama memberikan makanan tersebut. Karena lagi ada kegiatan sehingga makanan tersebut berubah, bentuknya, warnanya, dan sebagainya," sambungnya.
Atasi KLB MBG, BGN Perketat SOP
BGN telah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) yang wajib diikuti seluruh pihak, termasuk tenaga pengajar guna menjaga kualitas dan keamanan makanan. Para guru diimbau untuk segera membagikan makanan setelah diterima dan memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
"Jika makanan tampak berlendir, berbau, atau berubah warna, maka jangan diberikan. Guru wajib melakukan pengecekan sebelum makanan dikonsumsi anak-anak," tegas Tengku.
Apabila terjadi gejala mual atau keracunan, SOP telah menetapkan prosedur penanganan cepat. Guru harus segera melapor, dan tim posyandu yang telah dibentuk akan datang ke sekolah untuk mengevakuasi anak ke puskesmas terdekat.
Dengan pendekatan edukatif dan kolaboratif, BGN terus mendorong peningkatan kualitas pelaksanaan Program MBG. Harapannya, generasi muda Indonesia tidak hanya sehat dan bergizi, tetapi juga tumbuh cerdas dan kuat menghadapi masa depan.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional