Berita

/

Siaran Pers

/

Siaran Pers Deputi Sistakol

/

BGN Gunakan Data dan Jarak Efektif Cegah Makanan MBG Basi

BGN Gunakan Data dan Jarak Efektif Cegah Makanan MBG Basi

Siaran Pers 22 Juni 2025

picture-BGN Gunakan Data dan Jarak Efektif Cegah Makanan MBG Basi

Jakarta — Badan Gizi Nasional (BGN) terus mengembangkan sistem distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG) berbasis data untuk menjangkau jutaan anak di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah dengan tantangan geografis tinggi.

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan mengatakan, pemetaan data anak sekolah sangat menentukan penyusunan strategi logistik dan infrastruktur MBG.

"Peran data ya, misalnya kita mengetahui jumlah anak sekolah, sebarannya di mana, itu kan penting banget. Sebaran anak sekolah paling banyak itu di Jawa Barat, paling besar se-Indonesia. Kemudian, Jawa Timur, Jawa Tengah itu berimbang," katanya dalam BGN Talks ditayangkan melalui kanal Youtube Badan Gizi Nasional, Minggu (22/6).

"Kalau begitu, kita harus menyiapkan banyak dapur-dapur di daerah ini. Kemudian yang kedua, kita punya data juga. Misalnya, di mana ya data sebaran anak yang paling susah dijangkau," sambung Tigor.

Menurut Tigor, daerah-daerah padat seperti Pulau Jawa membutuhkan lebih banyak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dibandingkan daerah lainnya. Sebaliknya, wilayah dengan sebaran anak yang lebih terpencar seperti Kalimantan, memerlukan pendekatan berbeda.

"Kita misalnya mau menjangkau anak-anak yang ada di Kalimantan, di Kutai Barat misalnya. Berapa jumlah anak-anaknya dan berapa sebarannya? Apakah mungkin kita tetap melakukan 1 dapur untuk 3.000 atau terpaksa di tempat-tempat seperti itu, 1 dapur mungkin 1.000 anak. Karena apa? karena sebarannya,"  ujarnya.

Cegah Basi, BGN Tetapkan Standar Maksimal Jarak Antar Makanan

BGN pun telah membuat aturan teknis terkait jangkauan layanan dapur. Satu dapur idealnya hanya melayani dalam radius maksimal 6 kilometer atau 30 menit pengantaran.

"Kita bikin aturan, 1 dapur melayani 3.000 anak dengan jarak pengantaran itu 6 kilometer atau 30 menit, supaya apa? supaya jangan basi makanannya. Kalau ngantar itu sampai satu jam, satu ritnya, pulangnya sudah dua jam, pulang-pergi ya. Bayangin, kalau dia harus antar tiga rit, makan yang belum diantar sudah bisa basi. Semua itu memang sudah dipikirkan, dipertimbangkan gimana supaya makanan yang disajikan tepat sasaran dan dalam kondisi baik," jelas Tigor.

Tigor juga menyebutkan bahwa BGN merujuk pada praktik terbaik internasional, seperti sistem central kitchen di Jepang yang menetapkan batas maksimal pengantaran makanan agar tetap aman dan segar.

"Kita juga bandingkan waktu kita tinjau di Jepang memang begitu, ada radius pengantaran. Jadi, mereka bikin misalnya di satu central kitchen 2.000 (porsi), itu mereka pun sudah sama berhitung kok pengantarannya," katanya.

Dengan pendekatan berbasis data dan jarak efektif ini, BGN memastikan bahwa MBG bukan hanya menjangkau luas, tetapi juga menjaga kualitas makanan yang dikonsumsi anak-anak penerima manfaat di seluruh Indonesia.

Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional