Tempe di Ompreng Anak Negeri : Kudapan Lokal untuk Revolusi Gizi
Artikel • 9 Mei 2025

Sumber:
Internal BGNBoyolali - Bukan hanya sekedar makanan, lebih jauh lagi, tempe telah menjadi salah satu identitas bagi masyarakat Jawa. Inovasi kuliner yang memanfaatkan pengolahan kedelai ini berasal dari ruang dapur tradisional masyarakat suku Jawa, terutama di Yogyakarta, Surakarta dan sekitarnya. Keberadaannya telah terdokumentasikan sejak sekitar abad ke-16. Aset ini menjadi warisan penting bagi kekayaan budaya dan kuliner nusantara.
Sering disapa Abdul Rozaq, salah satu sosok yang berjuang memperpanjang eksistensi tempe. Ia telah menjalani usaha pembuatan tempe sejak tahun 2007. Di tengah gempuran berbagai jenis menu makanan modern yang menggeliat, ia tetap konsisten meneruskan usahanya sebagai pengrajin tempe. Sebuah warisan budaya lokal bergizi tinggi, yang masih sering dilabeli sebagai “makanan kelas bawah”.
Mulai dari 6 Januari 2025, sejak SPPG Lanud Adi Soemarmo beroperasi, setiap harinya, Rozaq mampu menghabiskan satu kantong kedelai seberat 50kg. Namun, sejak menjadi supplier tempe di SPPG Lanud Adi Soemarmo, pabriknya mengalami lonjakan pesanan. Rozaq memerlukan tambahan 2 kantong kedelai, apabila di hari tersebut terdapat permintaan dari SPPG. Sejauh ini, SPPG Lanud Adi Soemarmo secara konsisten memasukkan 2 kali menu tempe dalam seminggu pada perencanaan operasional MBG yang diproduksi. Dengan begitu, pabrik sederhana milik Rozaq memerlukan 4 kantong tambahan kedelai untuk diproduksi setiap minggu. Bagai durian runtuh, Program MBG membawa rezeki lebih untuk pabrik tempe Rozaq.
“Kalau dihitung secara kasar, keuntungan kotor yang saya terima meningkat dari 7 juta menjadi 11 juta per minggu. Biasanya, setiap minggu saya mengirimkan tempe sebanyak 2 kali ke SPPG. Kalau ada hari libur seperti kemarin, biasanya permintaan tempe hanya sekali seminggu,” jelas Rozaq (Jumat, 09/05).
Jika disorot lebih jauh, implementasi Program MBG tidak hanya sekedar memberikan makanan bergizi gratis kepada kelompok sasaran. Efek riak akan program ini nyata adanya. Kebutuhan akan bahan baku MBG turut berpengaruh kepada banyak pihak di tingkat tapak. Rozaq adalah salah satu buktinya. Pabrik tempe sederhana yang Ia kelola meningkat produktivitasnya usai menjadi supplier tempe di SPPG Lanud Adi Soemarmo.
Pria berusia 34 tahun tersebut juga mengungkapkan rasa bangganya. Ia merasa senang karena tempe yang Ia produksi mampu menjangkau lebih banyak anak-anak di daerahnya. Dengan begitu, Ia merasa ikut berkontribusi dalam menyediakan sumber protein nabati bagi para penerima manfaat MBG. Pengakuan Rozaq membuktikan bahwa banyak kalangan baik dari lapisan bawah hingga atas yang ingin memberikan sumbangsihnya pada program MBG.
Berdasarkan penelitian yang berkembang, tempe memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai sumber protein berkualitas tinggi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Tempe juga berperan menurunkan risiko penyakit jantung karena mengandung lemak tak jenuh. Sedangkan isoflavon pada tempe mampu mengurangi risiko kanker, serta masih banyak manfaat lainnya
Sembari menuangkan kedelai yang telah melalui proses peragian ke kantong-kantong kecil, Rozaq berkata, “Saya merasa senang karena dengan adanya MBG, pabrik saya dapat memproduksi lebih banyak tempe setiap minggunya. Selain itu, saya jadi memiliki konsumen tetap yaitu SPPG yang menerima tempe dari pabrik saya,” ujarnya.
“selain itu, saya juga bangga karena bisa menyediakan tempe yang nantinya dimasak dan menjadi lauk untuk anak-anak. Dengan begitu, saya ikut berkontribusi juga dengan melestarikan produk olahan lokal yang mengandung gizi baik. Apalagi di zaman sekarang makanan modern sudah sangat bermacam-macam. Saya rasa, MBG juga bisa menjadi jalan untuk melestarikan sajian tradisional kepada generasi mendatang,” ucapnya dengan gemetar.
Rozaq menatap lamat-lamat barisan tempe yang menunggu proses fermentasi selesai. Di dalam lubuk hatinya, Ia berharap usaha kecilnya tak hanya berbuah manis untuk masa depan perekonomiannya, namun juga mencipta generasi Indonesia yang unggul, cerdas dan bermartabat.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional