Berita
/
Artikel
/
Guru Besar UI sebut Mutu Pendidikan Ditentukan oleh Gizi Anak, MBG Jawaban atas Ketimpangan
Guru Besar UI sebut Mutu Pendidikan Ditentukan oleh Gizi Anak, MBG Jawaban atas Ketimpangan
Artikel • 29 Juni 2025

Sumber:
PCO RIJakarta — Pakar Pendidikan sekaligus Guru Besar Program Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), Hanief Saha Ghafur menekankan bahwa mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi gizi individu, terutama di kalangan anak-anak dari keluarga miskin di perkotaan.
"Pada satu sisi kita bisa melihat besar sekali pengaruhnya terhadap mutu pendidikan dan itu adalah karena faktor orang, faktor masing-masing individu. Kalau kita melihat ternyata yang paling tidak mengangkat mutu itu adalah justru faktor gizi. Jadi, faktor gizi itu sangat berpengaruh terhadap mutu. Dan mutu itu adalah karena gizi masing-masing individu," katanya dalam BGN Talks yang ditayangkan melalui kanal Youtube Badan Gizi Nasional, Minggu (29/6).
Ia mencontohkan hasil riset yang menunjukkan bahwa keluarga miskin di perkotaan lebih banyak mengonsumsi gorengan daripada makanan pokok seperti nasi karena keterbatasan ekonomi. "Kalau kita melihat misalnya orang miskin. Ternyata orang miskin di kota itu lebih banyak bukan makan nasi tapi makan gorengan. Itu hasil riset," ungkap Hanief.
Ia juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Prof. Parsudi Suparian di Pasar Gaplok, Senen, yang menemukan bahwa asupan harian masyarakat miskin didominasi oleh makanan tinggi karbohidrat namun rendah nutrisi yang tidak mendukung perkembangan otak dan kualitas pendidikan anak.
"Jadi, makan nasi itu adalah sesuatu yang mahal. Apalagi kalau hanya sekadar mi dan nasi, itu karbo semua gitu loh yang membuat bukan gizinya makin meningkat tapi karbohidrat itu ya memang menyegarkan gitu tapi tidak kemudian mengembangkan gizi yang kuat bagi nutrisi otak," ujar Hanief.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh peneliti dari Jerman di Jakarta, yang menunjukkan ironi kesejahteraan, di mana hewan tikus di kota justru lebih sejahtera ketimbang orang miskin.
"Kalau dikaitkan dengan penelitiannya orang Jerman di Jakarta. Penelitiannya orang Jerman di Jakarta itu bagus sekali. Ternyata, orang miskin di Jakarta ini justru kesejahteraannya lebih rendah. Lebih sejahtera tikus di tempat-tempat tertentu di Jakarta ketimbang orang miskin," ungkap Hanief.
"Tikus di tempat tertentu di Jakarta bisa makan sirloin, bisa makan tenderloin steak, yakiniku, tempayaki. Sedangkan orang miskin di Pasar Gaplok, dia hanya bisa makan gorengan," sambungnya.
Dalam konteks tersebut, Hanief menilai bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan suatu kebijakan strategis nasional yang sangat tepat untuk meningkatkan mutu.
"Jadi memang Program MBG ini luar biasa dan itu sudah menjadi komitmen sejak awal Presiden Prabowo dilantik, langsung dia bergerak. Yang diumumkan lebih dahulu itu kemiskinan. Dan kemiskinan itu adalah penguatan nutrisi bagi anak," ucapnya.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional