Berita

/

Artikel

/

Dari Sawah ke Suapan Gizi: Suara Petani untuk Negeri

Dari Sawah ke Suapan Gizi: Suara Petani untuk Negeri

Artikel 9 Mei 2025

picture-Dari Sawah ke Suapan Gizi: Suara Petani untuk Negeri

Di tengah hamparan sawah yang menghijau di Warungkiara, Sukabumi, seorang petani paruh baya bernama Erli Nurkholi (50) tak hanya menanam padi, ia sedang menanam harapan. Harapan bahwa dari bulir-bulir beras yang ia hasilkan, akan tumbuh generasi yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih cerdas.

Setiap minggu, tangan Erli memanen hasil jerih payahnya antara 150 hingga 250 kilogram beras dari gabah yang ia tanam dan olah sendiri. Tak ada proses yang ia lewatkan begitu saja. Dari membajak tanah hingga menjemur gabah, semuanya ia jalani dengan dedikasi. Bukan hanya demi hasil panen, tapi demi memastikan setiap bulir beras yang sampai di meja makan anak-anak Indonesia adalah yang terbaik.

“Alhamdulillah, saya senang sekali bisa terlibat dalam program ini,” ujar Erli, matanya berbinar di bawah topi caping tuanya. “Selain membantu masyarakat dapatkan beras yang sehat dan terjangkau, kami para petani juga merasa dihargai. Harga yang kami terima sesuai pasar, bahkan kadang lebih baik.”

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya soal menyuapi anak-anak dengan makanan sehat, ia juga tentang menghidupkan kembali denyut ekonomi desa. Para petani seperti Erli bukan sekadar penyedia bahan baku, mereka adalah bagian dari gerakan besar menuju ketahanan pangan nasional. Sebelum adanya program MBG, banyak petani yang seringkali kebingungan harus menjual hasil panen mereka kemana, apalagi dengan harga yang kerap kali tidak menguntungkan. Namun sekarang, berkat MBG, hasil panen seperti beras milik Erli memiliki pasar yang jelas dan harga yang lebih stabil. “Dulu panen kami kadang bingung mau dijual ke mana, harganya sering jatuh. Tapi sekarang, hasil panen kami sudah punya rumah,” tutur Erli sambil menatap hamparan padi yang sebentar lagi menguning. Program MBG, katanya, bukan cuma mendatangkan pemasukan, tapi juga ketenangan hati. Distribusi lancar, hasil panen tak terbuang, dan harga stabil.

Tak jauh dari ladang-ladang itu, berdiri Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Warungkiara. Sejak awal 2024, dapur ini telah menjadi tulang punggung penyedia makanan bergizi bagi sekitar 3.300 siswa dari TK hingga SMA di wilayah Sukabumi. Sebanyak 47 tenaga kerja bergiliran meracik menu setiap hari memastikan tak hanya kenyang, tapi juga sehat. Beras dari Erli, sayuran dari petani sebelah, telur dari peternak desa, semuanya berpadu dalam semangat gotong royong yang tak ternilai. “Ini bukan cuma dapur, ini jantung dari harapan,” ujar salah satu petugas di SPPG.

Program MBG mengusung satu semangat: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Beras, telur, ayam, buah, dan sayur, semuanya dibeli langsung dari petani lokal. Skema ini bukan hanya menghidupkan pasar desa, tetapi juga membentuk ekosistem pangan yang mandiri dan berkelanjutan. Melalui program ini, para petani lokal seperti Erli tak hanya memberi pasokan bahan pangan yang bergizi, tetapi juga merasa terlibat dalam sebuah sistem yang lebih besar, sistem ketahanan pangan yang berpusat pada kekuatan rakyat Indonesia sendiri.

“Kalau kita percaya pada produk lokal dan petani sendiri, sebenarnya kita sedang membangun masa depan bersama,” ungkap Erli lirih, tatapannya jauh ke depan.

Beras Lokal sebagai Bahan Baku MBG
Kini, Erli bukan hanya petani. Ia adalah bagian dari sebuah gerakan. Gerakan yang meyakini bahwa ketahanan pangan bukanlah mimpi yang mustahil. Bahwa Indonesia bisa berdiri tegak dengan apa yang ia tanam, pelihara, dan konsumsi sendiri. “Saya berharap program ini terus berjalan. Ini bukan soal bisnis, ini soal masa depan anak-anak kita,” ucap Erli, suaranya pelan namun penuh keyakinan.

Dari sawah hingga ke piring anak-anak sekolah, dari tangan petani hingga tawa di jam istirahat sekolah, program Makan Bergizi Gratis membuktikan bahwa keberpihakan bisa diwujudkan. Bukan lewat kata-kata, tetapi lewat kerja nyata. Dan semua itu, dimulai dari satu bulir beras yang ditanam dengan cinta.

Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional

Hubungi Kami